Lirik Kuno Navajo (9) : Proyek Sinar Biru
“Kenapa tidak terpikirkan sebelumnya olehku?”, Peter seperti merutuki dirinya sendiri. “Sudah 3 bulan berlalu dan saya baru menemukan ide ini sekarang.”
Di ruang depan lab quantum, Peter seorang diri mengutak-atik “dekoder” yang tersambung ke pesawat TV. Dia sedang menentukan setting pencarian frekuensi pencarian lewat komputer laptopnya yang tersambung ke alat tersebut. Setelah menentukan frekuensi mula pencarian pada frekuensi FM, dia pun mulai melakukan pencarian. Di pesawat televisi hanya terlihat cahaya biru namun dengan suara yang berganti-ganti pada setiap siaran radio yang tertangkap. Pada setiap siaran radio yang terdengar, Peter mendengarkan dengan seksama seolah menunggu sesuatu. Jika dia merasa dia tidak yakin dengan apa yang didengarkannya maka dia pun meneruskan pencarian dengan memindahkan pada frekuensi berikutnya yang tertangkap.
Saat itu sudah hampir jam 2 malam dan seluruh ruangan berada dalam kesunyian. Kemungkinan besar semua pekerja telah tidur atau berada di kamarnya masing-masing. Mungkin masih ada beberapa orang di ruang workstation atau ruang experimen namun nyaris tak ada suara yang terdengar dari semua ruangan. Tidak ada lagi yang berlalu lalang di dalam lab maupun pada koridor-koridor penghubung antar lab. Meskipun akses pada setiap ruang workstation, ruang experimen dan kamar hanya berlaku bagi individu yang bekerja dalam lab tersebut, pintu-pintu utama dan ruang depan laboratorium bisa diakses oleh seluruh pekerja yang diizinkan memasuki “Hive”. Sarang atau “hive” adalah istilah bagi seluruh area gedung bawah tanah yang dapat diakses satu sama lain lewat koridor utama. Terdapat 6 lantai dalam “sarang” yang setiap lantainya dapat diakses lewat lift tengah. Sedangkan untuk ke permukaan terdapat lift khusus pada ujung koridor setiap lantai yang dapat diakses setelah melewati 3 bagian yang masing-masing dibatasi oleh sebuah pintu baja anti ledakan, pintu kaca tebal anti peluru dan koridor panjang.
“Dimana frekuensi radiomu pak tua? Apakah radiomu masih memancarkan siaran di jam begini malam?”, Peter berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah berkali-kali mengganti frekuensi pencarian, menajamkan filter dan mencoba berbagai wilayah penerimaan modulasi, Peter sepertinya sudah menemukan yang dicarinya. Pada jeda dari siaran radio yang sedang didengarkannya saat itu, terdengar sebuah yodel Navajo yang diiringi dengan tetabuhan khasnya. Meskipun tidak begitu lama, Peter merasa bahwa itulah siaran radio yang dicarinya. Namun siaran tersebut tidak lagi dilayani oleh seorang penyiar dan hanya berupa kumpulan lagu-lagu country dengan sesekali diselingi yodel-yodel yang khas Navajo tersebut. Kemungkinan karena waktu siaran tersebut sudah terlalu larut malam maka tidak ada lagi penyiar yang menungguinya.
“Baiklah… sepertinya inilah radio tersebut. Aku akan coba dengarkan lagi besok ketika ada kesempatan. Semoga si Indian tua Nakai itu juga sedang siaran. Mungkin saja ada informasi yang bisa aku dapatkan!”, demikian yang dipikirkan Peter. Peter mencatat frekuensi radio tersebut yang berada dalam rentang FM dan ternyata dipancarkan masih di sekitar Los Alamos. Diapun meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamarnya untuk tidur.
*****
“Disini radio Pajarito Country menyapa anda. Ingatlah, meski apa yang datang dari langit tidak selalu indah, tapi hidup harus terus berjalan. Jadi tetaplah bertahan, tangguh, dan bijaksana.”
Peter mendengarkan kalimat sapaan radio tersebut dengan seksama. Dia semakin yakin bahwa ini adalah siaran radio yang diawaki oleh Nakai, si Indian tua yang dilihatnya di televisi 3 bulan lalu. Setelah seharian sibuk dengan urusan pekerjaan, Peter bersegera menuju ruang depan lab quantum tempat dimana TV dan dekoder tersebut berada. Mujur baginya tidak ada pekerja lain yang sedang menonton TV. Sebenarnya ruang depan pada setiap lab juga tersedia pesawat TV namun hanya ruang ini yang memiliki dekoder dengan kemampuan lebih. Salah satu kemampuan tersebut adalah memilah sinyal-sinyal radio dari berbagai arah yang tertangkap ladang antena di permukaan dan memperdengarkannya.
“.. dan kini kita telah bersama ‘Si Penatap Bintang’ Nakai Stargazer yang akan menjawab berbagai pertanyaan anda tentang fenomena aneh yang sulit untuk ditemukan penjelasannya.”
Kemujuran memang sedang berpihak kepada Peter. Inilah radio yang dicarinya. Dan bukan hanya itu, tepat saat itu si Indian tua yang ditontonnya waktu itu sedang bersiap untuk memulai acaranya. Ternyata memang benar dugaannya, Nakai membawakan acara yang berhubungan dengan fenomena-fenomena aneh yang sulit dijelaskan dengan akal sehat. Jika dia hidup dan tinggal di seputar sini maka bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila dia memiliki informasi yang berhubungan dengan kegiatan ladang antena yang berada di permukaan “sarang”. Siapa tau saja akan ada juga penjelasan tentang sinyal-sinyal aneh beberapa hari lalu yang terpancar dari ladang antena tersebut dan terekam dalam komputernya.
“Ya… mari kita dengarkan penelepon pertama”, kata penyiar yang mendampingi Nakai.
“Nakai, kamu sudah dengar tentang seorang peternak di Oregon yang menemukan sapi-sapinya telah terpotong bagian perutnya dengan potongan yang sangat rapi dan hilang semua organ dalamnya?”, tanya penelepon pertama.
“Ya… itu sudah sering terjadi. Organ-organ itu diambil untuk menggandakan mahluk-mahluk jahat itu.”, jawab Nakai yakin.
“Saya tidak yakin tentang itu Nakai tapi bukan itu yang ingin saya bicarakan. Ketika peternak itu mendekati sapi-sapinya yang telah mati. polisi malah menembaknya. Mereka menuduhnya menghalangi pemeriksaan dan mengancam petugas dengan senjata. Padahal istrinya jelas sekali bersaksi bahwa suaminya pada saat itu tidak membawa senjata sedangkan senjata yang ditemukan di dekat mayat suaminya bukanlah senjatanya. Apa lagi ini? Kenapa bisa seperti itu?”, penelepon pertama tersebut menjelaskan dan bertanya dengan panjang lebar.
“Jelas sekali. Itu sebuah konspirasi. Seperti yang selalu saya katakan, pemerintah dan aparatnya telah bekerjasama dengan mahluk-mahluk jahat itu.”, Nakai menyimpulkan sendiri.
Demikianlah setiap penelepon mengadukan dan menceritakan semua pendapat mereka tentang berbagai pengalaman aneh baik yang dialami sendiri maupun bukan. Ada yang berbicara tentang piring terbang, mahluk yang tiba-tiba saja muncul dari sebuah portal, pengalaman pindah lokasi setelah hilang kesadaran dan berbagai pengalaman aneh lainnya. Tidak ada yang berbicara tentang ladang antena apapun dengan sinyal-sinyal aneh yang dihasilkannya. Sampai akhirnya pertanyaan dari penelepon yang kesekian menarik perhatian Peter.
“Nakai... apakah kamu melihat bayangan malaikat yang muncul di langit beberapa hari lalu?”, tanya penelepon itu.
“Ya saya melihatnya. Saya sedang tidur sampai kemudian suara-suara gaduh membangunkan saya. Orang-orang berkata, ‘Nakai…nakai… kamu harus melihat itu’.”
“Menurutmu apakah itu? Apakah itu malaikat sungguhan? Mungkinkan malaikat itu yang akan menolong kita dari mahluk-mahluk jahat itu?”
“Sama sekali tidak. Itupun tipuan mereka. Itu adalah bagian dari proyek sinar biru. Sebuah proyek yang memproyeksikan seolah sesuatu yang agung datang dari langit. Mereka berharap kita percaya dan tertipu. Sama sekali tidak… jangan percaya itu.”
Sebuah “malaikat”? Itukah proyeksi obyek berbentuk “X” atau “Y” yang terlihat saat itu? Peter berpikir sambil terus mendengarkan.
“Bagaimana cara kerjanya? Saya tidak melihat ada lampu sorot dipancarkan”
“Saya juga tidak tahu tapi saya yakin ada hubungannya dengan ladang antena yang ada di Los Alamos sana.”
Jawaban Nakai itu membuat Peter semakin keras berpikir dan bertanya dalam hati. Apakah salah satu kegunaan ladang antena itu memang untuk hal seperti itu? Untuk menipu masyarakat? Setelah masyarakat tertipu dengan obyek palsu yang terlihat di langit lalu apakah yang terjadi selanjutnya? Peter semakin resah membayangkan bahwa dia mungkin telah bekerja untuk sebuah proyek konspirasi yang membahayakan masyarakat maupun dunia.
Beberapa penelepon lagi menanyakan hal-hal yang berbau konspirasi dan Nakai sedapat mungkin berusaha menjawabnya. Tidak seluruh jawabannya masuk akal tapi itu bisa dipahami mengingat hal-hal yang ditanyakanpun banyak yang diluar nalar. Seluruh proses interaksi antara Nakai dan para peneleponnya didengarkan Peter dengan seksama hingga penelepon terakhir selesai. Peter hanya bisa menghela nafas membayangkan “hiruk pikuk” yang terjadi jika semua yang dikatakan para penelepon tersebut benar adanya. Yang dia butuhkan sekarang adalah berbaring sejenak dan memikirkan semua kemungkinan yang ada, termasuk kemungkinan untuk melarikan diri.
Dan ketika Peter bersiap untuk meninggalkan ruangan itu dan baru saja akan mematikan TV, Peter tersentak dengan kata-kata penutup dari Nakai si Indian tua pembawa acara itu. Nakai mengatakan sesuatu dalam bahasa Navajo dan pesannya dengan sangat jelas dimengerti oleh Peter. Kalimat penutup dari Nakai tersebut adalah
“Untukmu Piataru, larilah. Kamu tidak aman!”
APA???
Piataru adalah jelas sebutan untuk seseorang bernama Peter dalam aksen Navajo. Seorang “Peter” yang harus lari dari situasinya karena tidak aman. Kepada siapakah pesan Nakai ini ditujukan? Jika memang untuk dirinya, bagaimana mungkin si Indian tua ini sampai dua kali secara khusus mengirimkan pesan untuknya? Ini jelas bukan lagi kebetulan karena ini yang sudah kedua kalinya. Siapa sebenarnya Nakai ini dan apakah dia memang mengenalku, Dan darimana dia tahu kalau aku mendengarkan? Peter sibuk menduga-duga di tengah keterkejutannya.
*******
Seperti biasa, “dongeng”nya bersambung lagi
By Patsus Namraenu Biro Jabodetabek
Gambar by Google dan Patsus Dede Sherman
http://patriotgaruda.com/2016/02/21/lirik-kuno-navajo-9-proyek-sinar-biru/
Di ruang depan lab quantum, Peter seorang diri mengutak-atik “dekoder” yang tersambung ke pesawat TV. Dia sedang menentukan setting pencarian frekuensi pencarian lewat komputer laptopnya yang tersambung ke alat tersebut. Setelah menentukan frekuensi mula pencarian pada frekuensi FM, dia pun mulai melakukan pencarian. Di pesawat televisi hanya terlihat cahaya biru namun dengan suara yang berganti-ganti pada setiap siaran radio yang tertangkap. Pada setiap siaran radio yang terdengar, Peter mendengarkan dengan seksama seolah menunggu sesuatu. Jika dia merasa dia tidak yakin dengan apa yang didengarkannya maka dia pun meneruskan pencarian dengan memindahkan pada frekuensi berikutnya yang tertangkap.
Saat itu sudah hampir jam 2 malam dan seluruh ruangan berada dalam kesunyian. Kemungkinan besar semua pekerja telah tidur atau berada di kamarnya masing-masing. Mungkin masih ada beberapa orang di ruang workstation atau ruang experimen namun nyaris tak ada suara yang terdengar dari semua ruangan. Tidak ada lagi yang berlalu lalang di dalam lab maupun pada koridor-koridor penghubung antar lab. Meskipun akses pada setiap ruang workstation, ruang experimen dan kamar hanya berlaku bagi individu yang bekerja dalam lab tersebut, pintu-pintu utama dan ruang depan laboratorium bisa diakses oleh seluruh pekerja yang diizinkan memasuki “Hive”. Sarang atau “hive” adalah istilah bagi seluruh area gedung bawah tanah yang dapat diakses satu sama lain lewat koridor utama. Terdapat 6 lantai dalam “sarang” yang setiap lantainya dapat diakses lewat lift tengah. Sedangkan untuk ke permukaan terdapat lift khusus pada ujung koridor setiap lantai yang dapat diakses setelah melewati 3 bagian yang masing-masing dibatasi oleh sebuah pintu baja anti ledakan, pintu kaca tebal anti peluru dan koridor panjang.
“Dimana frekuensi radiomu pak tua? Apakah radiomu masih memancarkan siaran di jam begini malam?”, Peter berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah berkali-kali mengganti frekuensi pencarian, menajamkan filter dan mencoba berbagai wilayah penerimaan modulasi, Peter sepertinya sudah menemukan yang dicarinya. Pada jeda dari siaran radio yang sedang didengarkannya saat itu, terdengar sebuah yodel Navajo yang diiringi dengan tetabuhan khasnya. Meskipun tidak begitu lama, Peter merasa bahwa itulah siaran radio yang dicarinya. Namun siaran tersebut tidak lagi dilayani oleh seorang penyiar dan hanya berupa kumpulan lagu-lagu country dengan sesekali diselingi yodel-yodel yang khas Navajo tersebut. Kemungkinan karena waktu siaran tersebut sudah terlalu larut malam maka tidak ada lagi penyiar yang menungguinya.
“Baiklah… sepertinya inilah radio tersebut. Aku akan coba dengarkan lagi besok ketika ada kesempatan. Semoga si Indian tua Nakai itu juga sedang siaran. Mungkin saja ada informasi yang bisa aku dapatkan!”, demikian yang dipikirkan Peter. Peter mencatat frekuensi radio tersebut yang berada dalam rentang FM dan ternyata dipancarkan masih di sekitar Los Alamos. Diapun meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamarnya untuk tidur.
*****
Lirik Kuno Navajo (9) : Proyek Sinar Biru |
Peter mendengarkan kalimat sapaan radio tersebut dengan seksama. Dia semakin yakin bahwa ini adalah siaran radio yang diawaki oleh Nakai, si Indian tua yang dilihatnya di televisi 3 bulan lalu. Setelah seharian sibuk dengan urusan pekerjaan, Peter bersegera menuju ruang depan lab quantum tempat dimana TV dan dekoder tersebut berada. Mujur baginya tidak ada pekerja lain yang sedang menonton TV. Sebenarnya ruang depan pada setiap lab juga tersedia pesawat TV namun hanya ruang ini yang memiliki dekoder dengan kemampuan lebih. Salah satu kemampuan tersebut adalah memilah sinyal-sinyal radio dari berbagai arah yang tertangkap ladang antena di permukaan dan memperdengarkannya.
“.. dan kini kita telah bersama ‘Si Penatap Bintang’ Nakai Stargazer yang akan menjawab berbagai pertanyaan anda tentang fenomena aneh yang sulit untuk ditemukan penjelasannya.”
Kemujuran memang sedang berpihak kepada Peter. Inilah radio yang dicarinya. Dan bukan hanya itu, tepat saat itu si Indian tua yang ditontonnya waktu itu sedang bersiap untuk memulai acaranya. Ternyata memang benar dugaannya, Nakai membawakan acara yang berhubungan dengan fenomena-fenomena aneh yang sulit dijelaskan dengan akal sehat. Jika dia hidup dan tinggal di seputar sini maka bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila dia memiliki informasi yang berhubungan dengan kegiatan ladang antena yang berada di permukaan “sarang”. Siapa tau saja akan ada juga penjelasan tentang sinyal-sinyal aneh beberapa hari lalu yang terpancar dari ladang antena tersebut dan terekam dalam komputernya.
“Ya… mari kita dengarkan penelepon pertama”, kata penyiar yang mendampingi Nakai.
“Nakai, kamu sudah dengar tentang seorang peternak di Oregon yang menemukan sapi-sapinya telah terpotong bagian perutnya dengan potongan yang sangat rapi dan hilang semua organ dalamnya?”, tanya penelepon pertama.
“Ya… itu sudah sering terjadi. Organ-organ itu diambil untuk menggandakan mahluk-mahluk jahat itu.”, jawab Nakai yakin.
“Saya tidak yakin tentang itu Nakai tapi bukan itu yang ingin saya bicarakan. Ketika peternak itu mendekati sapi-sapinya yang telah mati. polisi malah menembaknya. Mereka menuduhnya menghalangi pemeriksaan dan mengancam petugas dengan senjata. Padahal istrinya jelas sekali bersaksi bahwa suaminya pada saat itu tidak membawa senjata sedangkan senjata yang ditemukan di dekat mayat suaminya bukanlah senjatanya. Apa lagi ini? Kenapa bisa seperti itu?”, penelepon pertama tersebut menjelaskan dan bertanya dengan panjang lebar.
“Jelas sekali. Itu sebuah konspirasi. Seperti yang selalu saya katakan, pemerintah dan aparatnya telah bekerjasama dengan mahluk-mahluk jahat itu.”, Nakai menyimpulkan sendiri.
Demikianlah setiap penelepon mengadukan dan menceritakan semua pendapat mereka tentang berbagai pengalaman aneh baik yang dialami sendiri maupun bukan. Ada yang berbicara tentang piring terbang, mahluk yang tiba-tiba saja muncul dari sebuah portal, pengalaman pindah lokasi setelah hilang kesadaran dan berbagai pengalaman aneh lainnya. Tidak ada yang berbicara tentang ladang antena apapun dengan sinyal-sinyal aneh yang dihasilkannya. Sampai akhirnya pertanyaan dari penelepon yang kesekian menarik perhatian Peter.
Lirik Kuno Navajo (9) : Proyek Sinar Biru |
“Ya saya melihatnya. Saya sedang tidur sampai kemudian suara-suara gaduh membangunkan saya. Orang-orang berkata, ‘Nakai…nakai… kamu harus melihat itu’.”
“Menurutmu apakah itu? Apakah itu malaikat sungguhan? Mungkinkan malaikat itu yang akan menolong kita dari mahluk-mahluk jahat itu?”
“Sama sekali tidak. Itupun tipuan mereka. Itu adalah bagian dari proyek sinar biru. Sebuah proyek yang memproyeksikan seolah sesuatu yang agung datang dari langit. Mereka berharap kita percaya dan tertipu. Sama sekali tidak… jangan percaya itu.”
Sebuah “malaikat”? Itukah proyeksi obyek berbentuk “X” atau “Y” yang terlihat saat itu? Peter berpikir sambil terus mendengarkan.
“Bagaimana cara kerjanya? Saya tidak melihat ada lampu sorot dipancarkan”
“Saya juga tidak tahu tapi saya yakin ada hubungannya dengan ladang antena yang ada di Los Alamos sana.”
Jawaban Nakai itu membuat Peter semakin keras berpikir dan bertanya dalam hati. Apakah salah satu kegunaan ladang antena itu memang untuk hal seperti itu? Untuk menipu masyarakat? Setelah masyarakat tertipu dengan obyek palsu yang terlihat di langit lalu apakah yang terjadi selanjutnya? Peter semakin resah membayangkan bahwa dia mungkin telah bekerja untuk sebuah proyek konspirasi yang membahayakan masyarakat maupun dunia.
Beberapa penelepon lagi menanyakan hal-hal yang berbau konspirasi dan Nakai sedapat mungkin berusaha menjawabnya. Tidak seluruh jawabannya masuk akal tapi itu bisa dipahami mengingat hal-hal yang ditanyakanpun banyak yang diluar nalar. Seluruh proses interaksi antara Nakai dan para peneleponnya didengarkan Peter dengan seksama hingga penelepon terakhir selesai. Peter hanya bisa menghela nafas membayangkan “hiruk pikuk” yang terjadi jika semua yang dikatakan para penelepon tersebut benar adanya. Yang dia butuhkan sekarang adalah berbaring sejenak dan memikirkan semua kemungkinan yang ada, termasuk kemungkinan untuk melarikan diri.
Dan ketika Peter bersiap untuk meninggalkan ruangan itu dan baru saja akan mematikan TV, Peter tersentak dengan kata-kata penutup dari Nakai si Indian tua pembawa acara itu. Nakai mengatakan sesuatu dalam bahasa Navajo dan pesannya dengan sangat jelas dimengerti oleh Peter. Kalimat penutup dari Nakai tersebut adalah
“Untukmu Piataru, larilah. Kamu tidak aman!”
APA???
Piataru adalah jelas sebutan untuk seseorang bernama Peter dalam aksen Navajo. Seorang “Peter” yang harus lari dari situasinya karena tidak aman. Kepada siapakah pesan Nakai ini ditujukan? Jika memang untuk dirinya, bagaimana mungkin si Indian tua ini sampai dua kali secara khusus mengirimkan pesan untuknya? Ini jelas bukan lagi kebetulan karena ini yang sudah kedua kalinya. Siapa sebenarnya Nakai ini dan apakah dia memang mengenalku, Dan darimana dia tahu kalau aku mendengarkan? Peter sibuk menduga-duga di tengah keterkejutannya.
*******
Seperti biasa, “dongeng”nya bersambung lagi
By Patsus Namraenu Biro Jabodetabek
Gambar by Google dan Patsus Dede Sherman
http://patriotgaruda.com/2016/02/21/lirik-kuno-navajo-9-proyek-sinar-biru/
Posting Komentar untuk "Lirik Kuno Navajo (9) : Proyek Sinar Biru "
Mohon untuk tidak meninggalkan live link